Dua bulan terakhir, suhu udara Kota Malang terbilang panas, matahari pun bersinar cukup terik di siang hari. Malam hari gerah kian terasa, apalagi siang hari. Hal ini cukup mengundang tanya karena di penghujung musim kemarau tidak sedikit pun tanda tanda hujan bakal datang.
Kota Malang, atau Indonesia umumnya merupakan negara tropis yang memiliki dua musim, yakni musim hujan dan musim kemarau. Kondisi topografi yang beragam dengan adanya lembah, perbukitan, pegunungan, geomorfologi sungai maupun daratan serta vegetasi yang tumbuh didalamnya kian membuat Kota Malang spesifik dalam lingkup lokal. Apalagi kota ini juga dibelah oleh beberapa sungai yang secara khusus telah mempengaruhi kondisi hidrologi Kota Malang.
Musim hujan lazimnya berlangsung antara bulan April hingga September, sedangkan kemarau dianggap mulai berjalan antara Oktober sampai Maret. Namun kini dari tahun ke tahun, terjadi perlambatan transisi antara hujan ke kemarau serta sebaliknya. Musim kemarau tahun ini, menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Karangploso Malang diprediksi molor dari jadwal seharusnya.
Dalam Buletin Prakiraan Cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG Karangploso nomor 217 bulan September 2018 lalu, disebutkan bahwa mundurnya musim penghujan tahun ini lebih banyak dipengaruh oleh kondisi dinamika atmosfer dan laut seperti pengaruh EL Nino dan Dipole Mode.
Akibat hal tersebut, maka Kota Malang diperkirakan bakal memasuki masa hujan pada minggu pertama hingga ketiga November dengan sifat hujan normal. Besar curah hujan diprediksi antara 1501 – 2000 mm berada di semua kecamatan, kecuali Lowokwaru dengan intensitas 1001 – 1500 mm.
Berdasarkan pengamatan weather station milik BPBD Kota Malang, menunjukkan kecenderungan naik signifikan terhadap komponen suhu, kecepatan angin, tekanan udara serta kelembaban sejak Mei 2018.
Selama Juli dan Agustus tercatat tak ada hujan yang turun, sedangkan di September terdapat 1 kali turun hujan. Rerata kecepatan angin cenderung meningkat dari bulan Mei – Agustus dengan kisaran 10,43 – 11,8 km/jam sedangkan Septebmer tercatat meningkat menjadi 12,9 km/jam.
Suhu rerata bulan September mencapai 25,1oC sedikit lebih tinggi dibanding bulan Agustus yang mencapai 23.6oC. Kelembaban udara rerata bulan Agustus sekitar 64,6% lebih tinggi dibanding bulan September yang mencapai 61,9%. Dengan kata lain, semakin rendah kelembaban, semakin tinggi suhu udara dan semakin kering cuaca disuatu daerah.
Kasi Pencegahan BPBD Kota Malang, Indra Gita menyebut bahwa banyak studi mengatakan perlambatan transisi musim adalah efek dari perubahan iklim global. Bagi BPBD, prediksi datangnya hujan Nopember nanti perlu diantisipasi dengan baik dan terstruktur. Menurutnya, jelang musim hujan akan banyak potensi bencana yang datang.
“Musim hujan biasanya langganan genangan air, longsor, angin kencang hingga pohon tumbang. Kami berupaya terus memberikan himbauan, sosialisasi sampai surat edaran ke kelurahan-kelurahan terkait hal ini” tukas Indra.
Terpisah, Sekretaris BPBD Kota Malang Tri Oky berpendapat yang sama. Sesuai prosedur yang ditetapkan, BPBD akan mengaktifkan posko darurat bencana dan menyelenggarakan apel siaga bersama.
“BPBD, institusi lain beserta komunitas relawan menyatakan siaga penuh jelang datangnya musim hujan. Walaupun diprediksi datangnya Nopember nanti, kami akan meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap semua potensi bencana yang mungkin timbul” pungkas Oky. (zie)