BPBD Kota Malang – Riuh sirene menggema dan teriakan minta tolong berbaur dengan gemuruh bangunan roboh. Dua menit berlalu, sembari menutupi kepala dengan tas, ratusan pelajar berdondong-bondong lantas menuju titik kumpul yang berada tepat di tengah halaman sekolah.

Kejadian di atas adalah secuil adegan simulasi yang digelar BPBD Kota Malang, Jumat (15/2/19). Bersama siswa dan guru-guru SMPN 27 Lesanpuro, BPBD menyelenggarakan simulasi, edukasi dan sosialisasi kebencanaan sbagai syarat pelaksanaan Sekolah / Madrasah Aman Bencana (S/MAB).

Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Tripim Aprilyanto saat memberi sambutan menyebut gelaran simulasi ini merupakan bentuk konkrit persiapan penerapan kurikulum kebencanaan di SD/SMP/SMA. Hal ini adalah intruksi langsung Presiden Jokowi.

“Dalam rangka edukasi kebencanaan, kegiatan ini kita maksudkan sebagai persiapan pembentukan S/MAB di SMPN 27. Tak lama lagi, seluruh tingkat pendidikan akan memasukkan kurikulum kebencanaan,” tutur Tripim.

Simulasi yang diikuti hampir 400 pelajar dan 35 orang guru ini, dilanjutkan dengan pemberian materi kebencanaan seperti jalur evakuasi, tanggap darurat saat gempa, evaluasi jalur evakuasi, termasuk kebijakan sekolah dalam mitigasi bencana.

Drs. Tripim Aprilianto saat memberikan materi S/MAB pada siswa SMPN 27

“Simulasi ini memberikan gambaran siapa berbuat apa, karena saat benar-benar terjadi bencana kepanikan itu pasti terjadi. Sehingga butuh pemahaman mendasar agar tidak terjadi jatuh korban lebih banyak,” terang Tripim.

Terpisah, Kepala Sekolah SMPN 27 Suliyono menyambut baik simulasi dan edukasi kebencanaan ini. Pria ramah senyum ini menganggap adalah satu kebanggaan dimana sekolah yang dipimpinnya didatangi oleh BPBD Kota Malang.

“Saya ingin kerjasama ini terus berlanjut, tak hanya putus sampai disini. Pelajar kita akan datang dan pergi, layaknya masuk kemudian lulus. Jadi pengetahuan kebencanaan harus secara simultan diberikan,” ujar Suliyono.

Gelar simulasi berlangsung sukses, dimana pelajar mengikuti dengan penuh keseriusan. Bahkan beberapa pelajar kelas VII seperti Marlina kaget bukan kepalang karna mengira ada kejadian sebenarnya.

“Kami kira gempa betulan, karena sirene bunyinya kencang sekali dan kami disuruh duduk di bawah meja. Saya sampai takut,” ujarnya.

 

Pewarta : Mahfuzi

Editor : Very

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *