BPBD Kota Malang | Kawasan Sawojajar khususnya Jalan Danau Maninjau identik dengan genangan air yang kerap muncul saat musim hujan tiba. Tingginya genangan air bahkan telah mengganggu pengguna jalan, pebisnis dan warga sekitar. Mengantisipasi datangnya bencana ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang telah merampungkan kajian penanggulangannya.

Sebagai langkah konkret, BPBD Kota Malang melakukan pemetaan topografi menggunakan wahana tanpa awak (drone). Kawasan Sawojajar yang dipetakan meliputi Jalan Danau Ranau, Jalan Danau Maninjau, Jalan Raya Sawojajar dan sebagian Jalan Danau Toba. “Kami melakukan survei pemetaan, kemudian secara fotogrametri diolah dan dianalisa untuk menentukan penyebab genangan air tersebut,” tutur Mahfuzi, Analis Bencana BPBD Kota Malang, saat ditemui Rabu (04/9/19) lalu.

Mahfuzi menjelaskan, luas yang di petakan sekitar 9,57 hektar. Dari hasil proses rendering foto udara maka didapatkan citra digital udara. Selanjutnya dilakukan analisa hidrolis dari pengamatan visual langsung ke objek saluran drainase. “Nah, kesimpulan kami wilayah Jalan Maninjau ini topografinya memang rendah dan datar (flat). Sedangkan saat musim hujan, selain limpasan curah hujan juga ada tambahan debit air dari bagian hulu Sawojajar 2. Alhasil semua air ngumpul disana,” terang Mahfuzi.

Kaidah hidraulik menyebut air akan mengalir berdasarkan gravitasi dari elevasi yang tinggi ke rendah. Sepanjang Jalan Danau Maninjau seolah menjadi kolam sementara karena gerak air terhambat. Selain kemiringan lahan (slope) nya mendekati nol, juga karena tebalnya sedimentasi di saluran pembuang. “Banyak sedimen di saluran, sehingga kapasitas buangan air berkurang. Padahal debit yang datang cenderung naik – akibatnya sebagian air meluap ke jalan.” urainya.

Mahfuzi yang juga pilot drone ini menambahkan, hampir tiap saluran drainasi di sepanjang Sawojajar merupakan saluran tertutup (cor-coran). Ini berarti debit air hujan yang jatuh tak bisa seluruhnya masuk saluran. “Karena bentuknya saluran tertutup, akhirnya air pun sulit masuk saluran dan malah mengalir lewat aspal.” terangnya.

Dengan melihat hasil citra digital foto udara, jelas terlihat akhir saluran drainase bermuara ke saluran di Jalan Danau Toba (depan SPBU Ranugrati). Padahal jika dibuat sudetan dari Jalan Danau Maninjau Selatan bisa langsung dibuang ke saluran pembuang sekunder Jalan Raya Sawojajar. “Saya kira perlu normalisasi saluran pembuang, kalibrasi kemiringan saluran, penambahan gorong-gorong, pelebaran saluran serta perlunya drainase bawah tanah seperti sumur resapan.” tutupnya.

Pewarta : Mahfuzi
Editor : Div

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *