BPBD Kota Malang | Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang meminta masyarakat untuk mewaspadai ancaman dan potensi bencana khususnya bencana hidrometereologi di musim hujan.

Bencana hidrometereologi umumnya diketahui berupa banjir (genangan air), tanah longsor (pergerakan tanah) dan angin kencang (atau puting beliung), dan titik-titik rawan bencana juga telah menyebar di lima kecamatan.

Meski hujan yang turun tidak merata di seluruh wilayah, namun dampaknya patut diwaspadai mengingat di awal-awal peralihan musim potensi bencana hidrometereologi meningkat.

Pusdalops PB BPBD Kota Malang melalui salah satu personilnya, Aziz Wijaya mengatakan sepanjang bulan Desember ini telah terjadi 10 kasus bencana dan 7 diantaranya adalah bencana hidrometereologi.
“Kami mencatat ada 2 kasus tanah longsor, 1 kasus genangan air dan 4 kali cuaca ekstrem (hujan deras disertai angin kencang),” tutur Aziz usai dikonfirmasi via pesan singkat, Selasa (17/12/19).

Lebih jauh Aziz juga merinci alat weather station milik BPBD telah mencatat Hari Hujan (HH) selama Desember tak lebih dari 8 hari. Namun curah hujan maksimumnya saat kondisi ekstrem lebih dari 52,8 mm, dan kecepatan angin teridentifikasi mencapai 40 km/jam yang berarti selama awal musim hujan telah membuat tumbangnya belasan pohon dan genangan air di beberapa wilayah.

Terpisah, analis bencana BPBD Kota Malang, Mahfuzi mengakui kondisi cuaca Kota Malang masih belum sepenuhnya memasuki musim hujan. Hal ini dipertegas dengan hujan yang belum merata di semua wilayah dan tinggi hujan yang turun rata-rata di bawah 20 mm.

Walau demikian, Mahfuzi meminta masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian meski hujan yang turun berupa gerimis karena bukan tak mungkin efek perkolasi dan infiltrasi hujan bisa mengakibatkan longsornya tanah.
“Tanah atau yang selama kemarau kondisinya kering biasanya jarak antar pori agak renggang. Sehingga cukup berisiko jika pori-pori tanah secara tiba-tiba terguyur hujan meskipun sedikit akan lepas dan longsor,” ujarnya.

Di sisi lain Mahfuzi mengakui pemahaman masyarakat tentang bencana hidrometereologi masih minim, terbukti dengan masih ditemuinya warga yang nekad mendirikan bangunan di tepi DAS atau tebing curam. Tak hanya itu, meski sudah diperingatkan untuk tidak parkir di bawah pohon tetap saja ada yang bandel.
“Semua butuh waktu dan kesabaran. BPBD akan terus memberikan informasi melalui literasi media. Yang selalu kita sampaikan adalah peringatan dini melalui media sosial. Kewaspadaan bisa terbentuk dari beberapa hal termasuk pula media sosial.” pungkasnya

Pewarta : Al Banjari
Editor : Wahyu
Uploader : Div Endless

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *