BPBD Kota Malang – Sejumlah personil gabungan dari berbagai unsur mengikuti apel kesiapsiagaan penanggulangan bencana Hidrometeorologi Rabu (11/11) pagi tadi. Bertempat di halaman Balaikota Malang pasukan gabungan tersebut terdiri dari jajaran Pimpinan Forkopimda (Dishub,Satpol PP), TNI, Polri, Trenggana, Tagana, RPMR, Mahameru, Brigade Penolong (Pramuka), Senkom, Rescue Bela Negara, PPMR, Rescue 020. Bencana hidrometereologi adalah bencana yang diakibatkan parameter meteorologi seperti curah hujan,kelembapan, temperatur, dan angin. Contohnya genangan banjir, angin kencang sesaat, angin puting beliung, dan tanah longsor.
Walikota Malang Sutiaji, saat memimpin apel mengatakan, “Kota Malang merupakan wilayah yang cukup rawan akan bencana. Potensi bencana Kota Malang beragam, mulai dari Angin kencang yang menyebabkan Pohon tumbang, Tanah longsor, Gempa bumi, dan yang cukup sering terjadi di beberapa titik Kota Malang yakni genangan banjir”. Menurut Sutiaji, kerawanan seiring bertambah dengan masuknya musim penghujan di daerah Kota Malang yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti tanah longsor dan genangan banjir sejumlah titik di wilayahnya. “Dengan adanya potensi itu, maka kita harus siap siaga dalam mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi, salah satunya bencana hidrometeorologi. Apel ini sebagai bentuk kesiapsiagaan seluruh elemen di Kota Malang,” ungkap Sutiaji.
Apel tersebut diikuti jajaran Forkopimda Kota Malang yakni Dandim 0833/Kota Malang diwakili oleh Kasdim 0833 Mayor Arh Heru Sunyoto, Kapolresta Malang Kota Kombes. Pol. Dr. Leonardus Simarmata, Kepala DPRD Kota Malang I Made Rian Diana Kartika. Sutiaji menilai, keberhasilan penanggulangan bencana ini tentunya bergantung pada sistem penanggulangan bencana dengan penunjang sarana dan prasarana yang mumpuni. Serta koordinasi yang baik antar stakeholder dan masyarakat di wilayah rawan bencana.
Pada kesempatan kali ini juga Sutiaji, juga meresmikan Aplikasi (EWS) sebagai Alat Deteksi Dini Banjir, ia juga menekankan bencana banjir dan longsor ini bisa diantisipasi dengan apa caranya, dengan alat EWS ini 6 titik yang dipasang untuk pantauan dini mengalami banjir, memang risikonya susah untuk diprediksi. Bahwa di semua dunia sekalipun Bencana Hidrometeorologi ini lumayan sulit diantisipasi, dari curah hujan yang tinggi secara berangsur-angsur sehingga mengakibatkan luapan air sehingga menyebabkan banjir. Dia juga mencontohkan di Negara Yunani ini luar biasa bencana alamnya ada badainya dan Banjir rob-nya, Insya Allah kalau banjir di Kota Malang terjadi hanya sesaat tapi luapan-luapan dari hulu menuju ke bawah. Ia juga menuturkan bagaimana kesiapannya? “Dengan cara pemantauan dini salah satunya melalui alat EWS tadi, yang kedua saling koordinasi dalam hal ini BPBD berkoordinasi dengan semua komunitas,elemen,Brimbob, TNI, dan Polri, dan PMI. Lalu kita juga sudah memiliki beberapa Kampung Tangguh yang tidak hanya tangguh menangani Covid saja tapi juga tangguh dalam menangani bencana alam,”. Dalam hal ini Walikota Malang tidak hanya memimpin Apel akan tetapi juga melakukan pengecekan personil dan alat alat untuk menunjang kesiapsiagaan bencana di Kota Malang. “Meski bencana ini tidak kita inginkan, tetapi kita sudah siap jauh-jauh hari untuk menghadapi bencana,”-ucapnya.
Senada dengan pernyataan yang disampaikan Walikota Malang, Kalaksa BPBD Kota Malang Alie Mulyanto saat menjelaskan kepada awak media bahwa di Kota Malang ini kita sering mengalami 3 macam bencana yakni Tanah longsor disekitaran sungai, yang kedua Banjir genangan yang pada kesempatan kali ini BPBD sudah memasang alat EWS dibeberapa titik yakni Jl. Raya candi Karangbesuki, Jl. Bukit barisan Gadingkasri, Jl. Letjen S. Parman Blimbing, Jl. Bareng Gg. IIG Bareng, dan yang terakhir perempatan Jl. Danau Ranau Sawojajar harapannya tahun depan akan ditambah lagi dibeberapa lokasi, dengan aplikasi ini warga Kota Malang yang berada di titik rawan banjir akan mendapatkan notifikasi, berupa Alarm yang dibunyikan oleh Operator Pusdalops BPBD Kota Malang dari ruang kontrolnya melalui pantauan CCTV sehingga bisa dengan cepat melakukan antisipasi.
Ia juga tidak lupa menyampaikan bahwa “Bencana ini terdiri dari 3 tahap yaitu Pra Bencana, Saat bencana dan Pasca Bencana. Pra Bencana kami dengan Pemerintah Kota Malang sudah menerapkan aksi Gerakan Angkut Sampah dan Sedimen (GASS) yang dimulai beberapa bulan yang lalu itu untuk meminimalisir kejadian bencana, lalu pada saat bencana kita bersama-sama berkolaborasi untuk mengurangi risiko bencana yang ada di Masyarakat, dan ketika Pasca bencana bagaimana kita akan melihat bagaimana rehabilitasi dan rekontruksi yang ada. Dan yang ketiga Angin kencang yang paling banyak ketika itu, maka dari itu kami BPBD Kota Malang bersama DPUPRPKP,Dinas Lingkungan hidup,Satpol PP,dan Dinas Kesehatan selalu siap bersama-sama mengatisipasi semua Bencana Hidrometorologi yang seiring mulai munculnya Badai La Nina yang mulai ada peningkatan dibeberapa daerah untuk itu artinya kita mulai siap siaga berkaitan dengan itu untuk mengurangi semua risiko bencana yang terjadi di Kota Malang,” terang Alie
Maka dari itu, lanjut dia, untuk meningkatkan kesigapan bencana pihaknya terus melakukan simulasi kebencanaan di samping penanggulangan Covid-19 yang tetap menjadi prioritas penanganan. “Covid tetap jadi prioritas perhatian seluruh pihak di Kota Malang. Namun, masalah bencana alam yang lain tetap harus kita antisipasi,” tutupnya