BPBD Kota Malang | Tak lama lagi bulan Mei akan segera beralih ke Juni. Selama itu pula segala hiruk pikuk peristiwa yang bersamaan dengan ramadhan turut berakhir. Tak terkecuali dengan kejadian bencana yang telah tercatat rapi di Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) PB Kota Malang. Dalam rilis resminya, BPBD Kota Malang melalui Pusdalops PB telah mencatat 13 kejadian bencana selama periode Mei 2019. Pusdalops telah tercatat 6 kali tanah longsor, 6 kali kebakaran dan 1 kali kejadian lain-lain.
Dalam catatan akhir bulanan ini, terungkap kejadian tanah longsor dan kebakaran merupakan jenis bencana yang kerap terjadi dan mendominasi disetiap kejadian. Berbekal data bulan-bulan sebelumnya kesimpulan berujung pada dua kejadian ini.
Dalam laporannya, Pusdalops menyatakan selama Mei telah terjadi 13 kejadian bencana. Angka ini turun signifikan sebanyak 50% dibanding bulan April yang diketahui tercatat 23 kejadian. Kejadian bulan April terdiri atas 6 kali kejadian genangan air (banjir), 3 kali kebakaran, 11 kali bencana tanah longsor, 1 kali kejadian angin kencang dan 2 kejadian lain-lain.
Sementara itu di bulan Maret sebanyak 18 kejadian Yakni dengan 3 kali tanah longsor, 2 kali banjir (genangan sesaat), 8 kali kejadian kebakaran, 4 kejadian pohon tumbang dan 1 kali kejadian lainnya. Akibat bencana ini pula 17 rumah dan 3 prasarana drainase rusak. Selanjutnya jika mundur ke Februari dimana 22 kejadian bencana tercatat dalam database Pusdalops. Yakni 13 kali tanah longsor, 2 kali banjir, 1 kali kebakaran, 3 kali angin kencang , 2 kejadian pohon tumbang dan guncangan akibat gempa 1 kali.
Analis Bencana BPBD Kota Malang, Mahfuzi menilai tanah longsor dan kebakaran merupakan bencana langganan. Hal ini diperkuat posisi geomorfologi wilayah dan kerapatan permukiman di Kota Malang. “Setiap bulan ada saja bencana longsor dan kebakaran. Kedua bencana ini tak dipengaruhi oleh musim, kendati ada hujan kebakaran bisa terjadi. Sebaliknya meski kemarau, longsor juga mendera,” tutur Mahfuzi, Jumat (31/5/19).
Bencana periode Mei menelan kerugian yang tidak sedikit. Hasil Analisa Pusdalops menyatakan kerugian mencapai 1,1 miliar yang meliputi harta benda warga dan fasilitas umum. Sedangkan jumlah total kerugian hingga akhir Mei tercatat Rp. 9,8 miliar. “Meski hanya 13 bencana, namun kontribusi kerugian akibat bencana yang ditimbulkan cukup besar. Inilah yang selalu kami serukan untuk melakukan gerakan pengurangan risiko bencana,” imbuh alumnus Brawijaya ini.
Bercermin pada data ini, Mahfuzi berharap nilai-nilai kekeluargaan, gotong royong dan kebersamaan yang selama ini melekat di masyarakat bisa dimanfaatkan pula dalam pengurangan risiko bencana. Setidaknya budaya saling mengingatkan khususnya dalam pencegahan bencana bisa dilakukan, dimulai dari lingkungan terkecil yakni keluarga. “Mari saling mengingatkan dan saling menjaga. Dalam konteks pencegahan bencana, diri sendiri dan keluarga adalah aspek penting. Dengan itu (saling mengingatkan) bencana seperti kebakaran bisa dicegah, longsor pun bisa dihindari,” tutupnya.
Pewarta : Mahfuzi
Editor : Div Endless