Paradigma penanggulangan bencana saat ini tidak lagi berfokus pada saat terjadi bencana (bersifat responsif) tetapi berupaya aktif saat pra bencana atau lebih berfokus pada pencegahan dan kesiapsiagaannya. Hal ini senada dengan kegiatan pendampingan BPBD Kota Malang kepada kelurahan tangguh yaitu pelatihan pemberdayaan dapur umum yang diselenggarakan di SDN Mulyorejo 2, Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun
Pelatihan kesiapsiagaan yang berlangsung mulai pukul 08.00 – 12.00 WIB pada Minggu pagi (30/10) ini melibatkan setidaknya 57 orang relawan kelurahan tangguh se-Kota Malang. Acara juga dihadiri beberapa pejabat BPBD Kota Malang, antara lain Kepala Pelaksana BPBD Kota Malang, Drs. Prayitno, M.AP; Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Drs. Heru Prijantono, M.M; Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Dra. Khabibah, MM; dan Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Dra. Sri Mariyani, M.Si. Tidak hanya dari BPBD Kota Malang, tampak hadir pula dalam acara, Anggota Komisi D DPRD Kota Malang, Drs. Suyadi, MM; Lurah Mulyorejo, Siswanto Heru, S.Sos, MM berserta staf dan Kepala Sekolah SDN Mulyorejo 2.
Dalam sambutannya, Kepala Pelaksana BPBD Kota Malang mengapresiasi Relawan Kelurahan Tangguh Kota Malang yang telah secara langsung menginisiasi dan mampu menyelenggarakan kegiatan ini secara mandiri yaitu dari masyarakat untuk masyarakat. Kemandirian relawan tangguh merupakan perwujudan nyata berjalannya perencanaan penanggulangan bencana berbasis masyarakat yang mampu mengorganisir sumber daya masyarakatnya untuk mengurangi kerentanan dan sekaligus meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana.
Penyelenggaraan kegiatan ini juga berkaca dari kejadian banjir bandang di Kota Malang tahun lalu yang mengharuskan ratusan orang mengungsi. Dalam sebuah posko pengungsian darurat, hal yang tidak bisa terpisah dan melekat erat dengan posko pengungsian adalah dapur umum. Dapur umum secara vital memegang peranan penting dalam penyediaan pangan di pengungsian. Oleh karena itu, pelatihan pemberdayaan dapur umum semacam ini sangat relevan dan diperlukan sebagai upaya kesiapsiagaan masyarakat.
Dalam pelatihan ini, peserta belajar mengelola kebutuhan pangan di pengungsian mulai dari pemilihan lokasi dapur umum, ketersedian peralatan dan bahan pangan, pemilihan menu makanan serta pembagian tugas tenaga operasionalnya. Peserta juga disimulasikan menangani kebutuhan pangan untuk 100 orang dalam sekali sajian makan. Makanan yang disajikan juga harus memenuhi persyaratan diantaranya mengandung gizi yang cukup, biaya murah, lezat dan didistribusikan tepat waktu. Peserta menyajikan menu nasi dan sayur asem dengan lauk tempe goreng, tahu goreng, dan lele goreng serta diberi pelengkap sambal.
Di penghujung acara, BPBD Kota Malang beserta semua yang hadir melakukan evaluasi bersama. Diharapkan peserta yang juga merupakan relawan dari masyarakat ini bertambah pengetahuan dan keterampilannya sehingga mampu menakar kapasitas yang dimiliki dan siap apabila terjadi bencana. Untuk kedepannya, pelatihan dapur umum diharapkan dapat melibatkan unsur pentahelix dalam skala yang lebih besar. Sehingga pengelolaan dapur umum yang lebih baik dapat terlaksana.