Berdasarkan catatan BPBD Provinsi Jawa Timur, sedikitnya 90 kali gempa telah terjadi di sepanjang tahun 2018 lalu diberbagai wilayah Jatim. Kekuatan getaran bervariasi antara 2,7 hingga 5,8 Skala Richter (SR) yang menimbulkan berbagai kerusakan hingga korban jiwa maupun luka-luka.

Pusdalops PB Kota Malang mencatat 3 kali guncangan akibat gempa yang sempat dirasakan di Kota Malang. Tercatat rambatan getaran akibat gempa Lombok, barat laut Situbondo dan pesisir laut Kabupaten Malang. Meski tak ada laporan kerusakan, namun sebagian warga sempat diliputi kekhawatiran.

Sekretaris BPBD Kota Malang, Tri Oky Rudianto saat ditemui mengakui bahwa Kota Malang masuk dalam jalur rawan gempa. Meski gempa itu sendiri tak bisa diprediksi, namun BPBD Kota Malang telah membuat upaya-upaya mitigasi, salah satunya adalah pengadaan peralatan penanggulangan bencana. “Tahun ini kita menganggarkan pemasangan seismometer atau sensor getaran pada permukaan tanah,” tutur Oky.

Disebutkan oleh Oky, meski Kota Malang jarang mengalami gempa namun potensi dan kerawanannya cukup tinggi. Selain karena terdapat 200 lebih patahan dan sesar aktif di Indonesia juga karena posisi Kota Malang diapit oleh Gunung Semeru, Kelud, Bromo dan Arjuna yang terbilang masih aktif. “Potensi terjadinya gempa itu ada, setidaknya gempa vulkanik,” ujar pria berkumis tipis ini.

Menurutnya kegiatan pemasangan seismometer ini merupakan realisasi komitmen pemerintah khususnya instansinya dalam menyelenggarakan kegiatan mitigasi bencana.

Dengan pemasangan alat sensor ini, Oky berharap pemantauan dan monitoring getaran gempa bisa terekam dengan baik. Selanjutnya data-data kegempaan ini dapat digunakan sebagai bahan penyusunan rencana kontingensi ataupun kegiatan mitigasi. “Kan bisa kelihatan (lokasi) mana yang sering kena rambatan, sehingga bisa fokus penanganannya,” pungkasnya. (Zie)

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *