BBPD Kota Malang | Dari puluhan negara Asia, Indonesia menempati peringkat 5 sebagai negara yang kerap ditimpa bencana. Sebagai negara kepulauan, posisi indonesia sangat rentan jika dilihat dari aspek hidrogeologis. Sebut saja tsunami, angin kencang, banjir, longsor, erupsi gunung api bahkan gempa bumi mengintai negara kita ini.

Ancaman gempanya pun tak main-main, selain gempa vulkanik juga mengintai gempa tektonik dihampir wilayah sepanjang selatan pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi hingga kepulauan Maluku. Hal ini terbukti dari ribuan data historis gempa yang terekam di basis data PVMBG maupun BMKG. Tak terkecuali di Jawa Timur, khususnya wilayah Malang Raya juga menyimpan potensi gempa tektonik besar mengingat 3 patahan aktif berada didekatnya.

Hal ini terungkap saat audiensi antara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang dengan tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung Senin (1/4/19). Tanpa bermaksud menakut-nakuti, pakar gempa yang juga Kasubid Mitigasi Gempa dan Tsunami PVMBG, Dr. Achmad S, menyatakan tiga patahan aktif yang terdeteksi itu berada di seputar Banyuwangi-Jember, Bojonegoro dan Sidoarjo. Sementara di bagian selatan juga melintang lempeng aktif Austroasia yang bisa saja bergeser kapanpun. “Dari beberapa survei geologi, kami memetakan patahan aktif tersebut. Hasilnya meski pusat gempa jarang terjadi di Kota Malang, namun ancamannya cukup besar”, ujar Achmad.

Gambar peta rawan bencana Provinsi Jawa timur

Pria kelahiran Bandung ini lantas menerangkan, kalaupun terjadi gempa maka perambatannya antara 9,2 hingga 18, dimana intensitas potensinya di level VII dengan tipe guncangan kuat. Meski kekuatan gempa masuk kategori menengah namun dampaknya cukup besar.
“Kekuatan gempa menengah bisa mencapai magnitudo 4-5 tergantung kedalaman gempa. Dalam kondisi ini sangat berbahaya berada didekat kaca, atau di dalam bangunan bertingkat,”, ujar Achmad menambahkan.

Saat ditanya dampak yang terasa jika guncangan gempa bermagnitudo lebih dari 5, Alumnus ITB ini menyebut beberapa indikator gempa rata-rata menimbulkan kerusakan struktural. “Umumnya terdapat kerusakan kecil pada bangunan yang didesain dengan baik,” jawabnya.

Selain ancaman gempa tektonik, karena Kota Malang dikelilingi beberapa gunung api aktif maka rambatan gempa vulkanik bisa saja menimpa.
“Meski Gunung Semeru, Gunung Bromo, Gunung Arjuno dan Gunung Kelud masih tidur, tak lantas membuat kita lengah dan meniadakan kewaspadaan. Ancaman itu pasti,” terang pria berkumis tipis ini.

Kendati demikian, Dr. Achmad balik meyakinkan bahwa masyarakat tak perlu resah. Dengan edukasi bencana, pengetahuan cara menyelamatkan diri dan melakukan upaya pencegahan bisa meminimalkan risiko. “Gempa bumi memang tak bisa diperkirakan kejadiannya. Namun dengan meningkatkan kapasitas masyarakat maka risiko akibat bencana bisa diminimalkan,” imbuhnya.

Diakhir paparan, Achmad berharap peran BPBD setempat bisa lebih maksimal dalam memberikan sosialisasi maupun diseminasi. “Rutin memberi pelatihan atau simulasi gempa juga manjur untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat,” pungkasnya.

Pewarta : Mahfuzi
Editor    : Div Endless

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *