Munculnya kasus kejadian bencana, tak lepas dari peran dan kontribusi perilaku manusia. Perubahan sekecil apapun terhadap lingkungan jelas-jelas mempengaruhi daya dukung alam. Utamanya sampah plastik yang mencemari lingkungan alam hingga berakibat runtuhnya pertahanan alam dan berujung kerusakan dan kerugian bagi manusia itu sendiri.
Terilhami gerakan mitigasi bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang kian getol mengadvokasi masyarakat, diantaranya menyuarakan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dalam kehidupan rumah tangga.
Sekretaris BPBD Kota Malang, Tri Oky Rudianto mengatakan sebagai institusi pemerintah BPBD memiliki komitmen untuk mendukung gerakan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Hal ini dimaksudkan untuk menekan jumlah sampah plastik yang kian menggunung, biang kerok perubahan iklim dan berpotensi jadi pemicu bencana seperti banjir maupun bencana non alam lainnya.
“Sampah plastik berkontribusi atas perubahan iklim. Selain mencemari udara, air dan persediaan pangan juga dalam jangka pendek tumpukan sampah plastik di sungai bisa membendung laju arus air. Jika dibiarkan akan meluber dan membanjiri wilayah yang lebih rendah,” ucap Oky saat ditemui Jumat (28/6/19).
Menurut data, di Kota Malang sebanyak 600 ton sampah dihasilkan masyarakat setiap harinya. Angka ini termasuk sampah plastik yang dibuang oleh masyarakat setempat, baik pabrik, toko, rumah tangga dan sebagainya.
“Sampah plastik sudah jadi permasalahan di mana-mana. Penggunaan plastik sudah mencapai titik memprihatinkan, karena butuh ratusan tahun baru bisa terurai,” tutur Oky.
Atas motif ini, BPBD Kota Malang mengklaim telah mengaplikasikan langkah-langkah sebagai bentuk dukungan gerakan pengurangan penggunaan plasti sekali pakai.
“Kita telah memulainya, kami menghimbau ASN/TPOK maupun TRC di BPBD Kota Malang untuk menggunakan tumbler sebagai pengganti botol air mineral dalam kemasan,” imbuh Oky.
Mantan Kabid Dinas Pendapatan ini turut menjelaskan selain penggunaan tumbler, pihaknya juga meminta untuk tidak membungkus makanan dengan sterefoam dan bahkan meminta hotel rekanan BPBD untuk hanya menyediakan gelas kosong yang bisa diisi ulang.
“Makanan yang dibungkus sebaiknya menggunakan semacam tupperware. Sama halnya tumbler, penggunaannya akan menghemat uang, bisa menjaga lingkungan dan kualitas makanan lebih sehat,” timpal Oky.
Bukan tanpa sebab adanya himbauan BPBD ini. Merunut kejadian genangan air yang sempat heboh beberapa waktu lalu, antaranya akibat terganggunya aliran air di saluran drainase akibat bertumpuknya sampah, utamanya sampah plastik.
“Bahkan emak-emak di BPBD pun kami minta untuk membawa tas belanja khusus saat berbelanja ke pasar. Ini komitmen kami untuk menjaga alam,” tutup Oky.
Pewarta : Mahfuzi
Editor : Ilham