BPBD Kota Malang | Apakah air sumur anda mulai turun? Atau sumur bor anda mulai berkurang debitnya? Jika iya, maka bisa jadi sekarang anda mengalami kekeringan hidrologis.

Berdasarkan jenisnya, bencana yang kerap muncul saat musim kemarau umumnya kebakaran dan kekeringan. Udara yang kering, prosentase kelembaban rendah dan tiupan angin yang kencang akan menambah laju evaporasi atau penguapan. Itulah mengapa kekeringan ditandai turunnya volume sumber air maupun tampungannya seperti sungai, danau atau kolam.

Analis Bencana BPBD Kota Malang, Mahfuzi mengatakan kekeringan merupakan salah satu bencana yang ditunjukkan dengan berkurangnya ketersediaan air terhadap kebutuhan.
“Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan, berlangsung lama sampai musim hujan tiba, berdampak sangat luas dan bersifat lintas sektoral seperti ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan dan lainnya,” kata Mahfuzi saat ditemui Senin (8/7/19).

Mahfuzi menerangkan, dalam ilmu hidrologi dikenal dua macam kekeringan, yakni kekeringan meteorologis dan kekeringan hidrologis.
“Jika hujan jarang turun, radiasi matahari meningkat disertai suhu udara meningkat maka terjadi kekeringan meterologi. Akibatnya kelembaban tanah menurun, kering dan retak-retak,” rinci Mahfuzi.

Hemat dalam pemakaian air dapat mengurangi dampak dari kekeringan.

Namun jika kekeringan meterologi berlanjut lebih lama, maka hilangnya air dari tanah akan merembet pada kekeringan hidrologis yang umum dicirikan dengan menurunnya elevasi muka air di kolam, danau, sungai bahkan air tanah (groundwater).
“Simpelnya gini, jika sumur di rumah kita turun airnya (saat kemarau) maka terjadi kekeringan hidrologis,” ucap alumnus magister sipil hidro Universitas Brawijaya ini.

Sementara itu BMKG Karangploso memperkirakan puncak musim kemarau Kota Malang berlangsung pada Agustus. Disaat itulah hari tanpa hujan atau HTH semakin meningkat. Ini berarti masyarakat perlu perhatian ekstra untuk mewaspadai dampak puncak kemarau.
“Kekeringan tidak dapat dihilangkan namun bisa diturunkan besarannya. Dalam skala global, perlu pemeliharaan konservasi lahan dan air. Bisa pula (melakukan) pembatasan pengambilan air tanah yang berlebihan,” terang Mahfuzi.

Adanya perubahan iklim yang kian masif di seluruh dunia turut pula berkontribusi terhadap munculnya bencana, termasuk bencana kekeringan.
“Air tanah itu perlu dipertahankan tinggi muka airnya. Bisa dengan menginjeksi lewat biopori atau sumur resapan, agar saat hujan air bisa mengisi celah pori air tanah,” urai Mahfuzi.

Mengingat air adalah kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia maka perlu dimulai dengan tindakan-tindakan pelestarian air maupun optimalisasi manajemen air yang baik.
“Dari tingkat keluarga bisa dengan gerakan hemat air. Gerakan penghijauan atau menjaga daerah tangkapan air juga sangat membantu menghindari bencana kekeringan,” pungkasnya.

Pewarta : Mahfuzi
Editor : Very

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *